[MOVIE REVIEW] Gravity



Setelah menonton film Gravity, yang muncul pertama kali dalam benak saya adalah “durasinya pendek amat?” dan baru sadar Gravity berdurasi 91 menit. Tak terasa waktu berjalan begitu cepat saat menyaksikan Gravity. Rasanya seperti lapar sekali dan ingin mencicipi Gravity lagi dan lagi. Sepertinya saya akan bangun dari tidur esok harinya dan yang muncul pertama kali dalam pikiran saya adalah potongan-potongan adegan film ini yang masih melengket kuat. Atau malah saya tak akan pernah bisa melupakan film ini—dan saya yakin tak akan pernah. Gravity akan menjadi perjalanan luar angkasa pertama yang luar biasa mencengangkan bagi penontonnya.

Gravity memulai kisahnya dengan Dr. Ryan Stone (Sandra Bullock), seorang ahli biomedik NASA, dan Matt Kowalski (George Clooney), seorang veteran astronot, yang sedang berada di luar angkasa untuk memperbaiki salah satu panel teleskop luar angkasa. Sayangnya, kabar buruk datang menghampiri. Satelit milik Rusia yang baru dihancurkan menghasilkan puing-puing yang ikut serta menghancurkan satelit yang lain. Meskipun posisinya masih jauh, namun dengan kecepatan yang sangat cepat, puing-puing satelit tersebut dipastikan akan mengenai pesawat ulang-alik Explorer. Setelah memaksa Dr. Ryan yang bandel untuk menghentikan pekerjaannya, sialnya, puing-puing satelit sudah sampai dan menabrak Explorer dengan ganas. Dr. Ryan dan Matt terpisah akibat insiden mengerikan itu. Dr. Ryan makin panik saat menyadari dirinya terdampar di tengah-tengah keheningan luar angkasa yang luas sekali. Sendirian. Tanpa ada siapapun di sampingnya. Dengan setegar mungkin, Dr. Ryan mencoba untuk bertahan hidup dan kembali ke Bumi. Dimulailah perjalanan luar angkasa yang misterius, penuh rahasia, juga ancaman yang akan datang tanpa diduga-duga keberadaannya. 

Well, saya harus mengatakan bahwa Gravity is the best cinematic experience in 2013!! Gravity sedikit banyak mengingatkan saya akan mahakarya Ang Lee tahun lalu, Life of Pi, yang mengisahkan Pi yang terombang-ambing di Samudra Pasifik dengan visual effects yang wah nan memanjakan mata, membuat saya duduk termenung sejenak setelah film selesai diputar. Dengan setting luar angkasa, sepanjang film, mata saya dimanjakan dengan pemandangan bumi yang indah dan keadaan di luar angkasa yang menakjubkan dengan visual effects yang total, tidak tanggung-tanggung, juga sinematografi yang mendukungnya. Kita diajak ikut terombang-ambing di tengah heningnya luar angkasa, mengikuti petualangan Dr. Ryan dan Matt yang tensi ketegangannya makin meningkat setiap menitnya dan merasakan sensasi berikut dengan kengeriannya. Selama pemutaran film, ocehan yang terus berdengung dalam hati saya adalah “aah, gila, ini keren banget!”. Oke, saya tidak akan mengoceh lagi tentang penggunaan visual effects dan sinematografi epik arahan Emmanuel Lubezki. Ditambah dengan score pengiring yang makin menambah ketegangan suasana di luar angkasa yang nol gravitasi, tidak ada oksigen, dan puing-puing satelit yang senantiasa menghantui setiap saat.

Sandra Bullock menampilkan akting terbaiknya dalam memerankan Dr. Ryan Stone yang baru untuk pertama kalinya ke luar angkasa—dengan kegugupan, kebingungan, kepanikan, dan keberaniannya. Saya ikutan megap-megap menghirup oksigen. George Clooney tampil memikat dengan karakter yang mencerminkan dirinya sendiri; humoris dan tenang. Beban paling besar tentu ada di punggung Sandra Bullock. Dengan durasi film yang cukup panjang dan memusatkannya sebagai tokoh sentral utama, Sandra Bullock berhasil menangani beban berat itu dengan sangat baik. Sempurna. Tanpa akting Sandra Bullock yang menawan, Gravity hanya akan menjadi sebuah perjalanan luar angkasa dengan visual effects megah dan dipenuhi dentuman masalah yang hampa. Nominasi Oscar pasti sudah berada di dalam genggaman tangan Sandra Bullock. Kalau tidak? Saya sudah tak tahu harus berkata apa lagi. Untuk pemenang, well... she deserves it. Tapi, saya belum menonton akting calon-calon nominator Oscar lainnya yang sudah diprediksikan belakangan ini.

Meskipun dengan masalah yang selalu datang menghampiri (saya baru sadar, selama menonton film ini, saya meremas-remas tangan dengan kuat), Alfonso Cuaron dan putranya, Jonas Cuaron selaku penulis skrip memberikan waktu tersendiri bagi Ryan dan Matt untuk mengenalkan karakternya satu sama lain kepada penonton agar terjalinnya ikatan emosi. Terkuaklah masa lalu Dr. Ryan dan kepribadiannya yang berhasil membuat kita bersimpati kepadanya. Setelah waktu itu habis, adrenalin penonton kembali dipompa lagi sampai ke batas maksimalnya. Aah, sulit sekali memalingkan wajah dari layar—jangankan memalingkan wajah, mengedip saja sangat sulit rasanya—saat menonton mahakarya dari seorang Alfonso Cuaron yang satu ini. Salah satu film terbaik tahun 2013.

Saya sudah kehabisan kata-kata untuk mendeskripsikan betapa indah dan spektakulernya Gravity. Sudahlah. Daripada saya terus mengoceh panjang-lebar tak ada juntrungannya, saya akhiri review ini dengan empol jempol dan standing ovation selama mungkin yang saya bisa untuk Alfonso Cuaron dan segenap kru-kru di belakangnya. Film yang langka dan sebuah masterpiece yang akan sangat-sangat sayang sekali jika tidak disimak.

best regards,
Erison




Rating:
10/10 stars

Directed by Alfonso Cuarón | Screenplay Jonás Cuarón, Alfonso Cuarón | Produced by Alfonso Cuarón, Christopher DeFaria, David Heyman, Stephen Jones, Nikki Penny, Gabriela Rodriguez | Cast Sandra Bullock, George Clooney | Music Steven Price | Cinematography Emmanuel Lubezki | Editing Mark Sanger, Alfonso Cuarón | Casting Richard Hicks, David Rubin, Lucinda Syson | Visual Effects Supervisor Tim Webber | Costume Design Jany Temime | Production Design Andy Nicholson | Art Direction Mark Scruton | Set Decoration Rosie Goodwin, Joanne Wollard 

No comments:

Powered by Blogger.