[BOOK REVIEW] Follow @MerryRiana



“Tak ada gunanya jutaan rupiah dibakar dalam bentuk kembang api, tak ada gunanya perayaan dengan gala dinner di hotel bintang lima, jika Tahun Baru tidak diiringi dengan perubahan menjadi manusia baru.” - Bella

Merry Riana. Awalnya saya tidak tahu siapa itu Merry Riana. Kerakusan saya akan membacalah yang membuat saya tahu siapa itu Merry Riana. Buku Mimpi Sejuta Dolar yang ditulis Alberthiene Endah menjadi best-seller dimana-mana dan saya yang mendapatkan informasi itu dari website Gramedia Pustaka Utama (GPU) pun bertanya-tanya seperti apa sih buku itu. Saya sama sekali tidak tertarik dengan buku-buku (auto)biografi, entah kenapa, saya juga tidak tahu. Dari hari ke hari, komentar-komentar positif yang ditujukan untuk buku tersebut makin banyak saja, jadi daripada terus penasaran tak ada ujungnya, saya memutuskan untuk membeli buku tersebut dan mulai membaca. Karena desain isi buku dan gaya bahasa yang dituturkan oleh Mbak Alberthiene Endah, saya terus membuka lembaran berikutnya sampai habis. 

Buku (auto)biografi tentunya menceritakan kisah-kisah orang sukses yang biasanya lebih tepat dibaca oleh mahasiswa-mahasiswa atau pengusaha-pengusaha yang pengin sukses dan jarang ditemukan ada remaja yang mau membaca buku genre tersebut. Mungkin betul apa yang dikatakan orang-orang, anak-anak zaman sekarang lebih cepat dewasanya (halah!). Mulai dari Mimpi Sejuta Dolar, saya mulai banyak membaca buku-buku (auto)biografi lainnya, namun idola saya tetap jatuh kepada Merry Riana. Jadi, saat salah satu penulis favorit saya, Debbie Widjaja (Not Just a Fairy Tale, Honey Money) menulis novel ini, Follow @MerryRiana, tanpa membaca sinopsis, saya langsung menyambar satu dari rak buku. Baiklah, mari kita ulas, daripada saya ngoceh panjang-lebar tak jelas lagi. 

Bella, atau nama lengkapnya Karen Christabella Sudiono, memiliki kehidupan yang awalnya baik-baik saja. Semuanya berjalan seimbang. Ia bekerja di sebuah perusahaan, PT Everell Lintaskarya, tepatnya di divisi rekrutmen. Masalah timbul ke permukaan setelah Pak Dharmadi, kepala divisi rekrutmen, mengumumkan diadakannya program NEXT (New Enterprise Executive Training), program fast-track khusus dimana pesertanya akan diberikan pelatihan dan bimbingan yang intensif. Lebih mengejutkannya lagi, Pak Dharmadi mengatakan, “Kita selalu fokus untuk mencari talenta dari luar, padahal yang di dalam pun tidak kalah bagus.”. Dari awalnya ragu-ragu, Bella pun memutuskan untuk mengikuti program NEXT yang berimpas buruk pada aspek kehidupannya yang lain. Setelah menjalani proses in class training, tahap selanjutnya adalah on the job training di anak-anak perusahaan Everell yang dibagi menjadi 2 tahap, masing-masing selama 6 bulan. Karier cemerlang sudah pasti akan berada di genggaman Bella dan membentang di hadapannya, tapi ketika masalah demi masalah mulai memukulnya, akankah Bella bertahan? Pertanyaan terbesarnya adalah apakah Bella berada di jalan yang benar?

Saya kenal sosok Debbie Widjaja dari novel Honey Money, yang mengangkat tema percintaan remaja, yang akhirnya membuat testimoni saya berhasil mejeng di edisi cetak ulang Honey Money selanjutnya lewat kuis testimoni yang diadakan Kak Debbie di Facebook. *jingkrak-jingkrak* Saya suka dengan gaya penceritaan Kak Debbie yang santai, mampu menceritakan kegelisahan hati Dee dan segala polemik khas remaja dengan cara berbeda yang membuat pembaca merasa enjoy membaca. Follow @MerryRiana sudah beranjak dari situ, kisah Bella bukan mengenai kehidupan remaja yang bikin pusing, tetapi dunia kerja yang penuh konflik berat dan membuat depresi. Tetapi, saya tetap enjoy membacanya (mungkin efek dari sinetron-sinetron FTV berdurasi 2 jam yang ditayangkan di televisi, hihi. Nggak ding! Kidding!) dan menikmati lika-liku kehidupan dan perjuangan Bella.

Salah satu yang unggul dari novel ini adalah karakter yang kuat. Saya bisa merasakan kegundahan, kesedihan, kebimbangan, dilema yang dirasakan oleh Bella tanpa perlu penjelasan panjang-lebar yang bikin bola mata berputar-putar. Apa yang dilakukan Bella sangat masuk akal dan realistis. Jika kita berada di posisi Bella yang serba membingungkan, kita juga akan melakukan hal yang sama. Perkembangan karakter dari awal cerita hingga akhir cerita berlangsung dengan baik dan tetap dipertahankan. Kenapa si A jadi begini, kenapa si B jadi begitu, semuanya ada asal-usulnya. Hal lain yang saya suka dari novel ini adalah kekaguman Bella akan Merry Riana yang diceritakan dengan cara yang membuat kita jadi ikutan nge-fans dan terinspirasi oleh Merry Riana, bukan dengan cara yang menggembar-gemborkan. Mengawali dan merangkum inti dari setiap bab dengan twit Merry Riana yang diletakkan di depan halaman setiap bab adalah langkah yang bagus sekali. Konflik dari awal yang sudah dibangun sedemikian rupa tetap dijaga konsistensinya hingga mencapai puncak dan perlahan menurun menuju penyelesaian. 

Melewati perantara Merry Riana, Kak Debbie menuturkan kisahnya sendiri yang sangat inspiratif dengan berjuta pesan yang disampaikan. Deskripsi yang ada pun memang disesuaikan dengan kebutuhan, jadi tidak dilebih-lebihkan juga tidak dikurang-kurangin, membuat cerita menjadi hidup. Berkali-kali aku berhasil merinding dan ikut tersalurkan energi positif, dan nyaris menitikkan air mata. Apalagi dengan kemunculan Miss Merry Riana yang makin memperkaya suasana—saya yang bacanya saja sudah geregetan, sementara Bella yang mau ketemu Miss Merry saja tidak terlalu heboh-heboh amat. Kalau saya yang menjadi Bella dan akan bertemu dengan Miss Merry secara langsung, saya pasti sudah menggelepar-gelepar seperti ikan mas koki yang dilempar ke daratan. *spoiler*

Membaca novel ini, saya merasa seperti membaca sebuah jurnal, atau seperti sebuah autobiografi singkat, atau sebuah perjalanan untuk mencari dimana dirinya seharusnya berada, mengingatkan saya akan film The Pursuit of Happyness dan Silver Linings Playbook. Tema yang diangkat pastinya lebih berat dibanding novel Honey Money dengan konflik yang datang silih-berganti. Lewat kehidupan Bella yang awalnya baik-baik saja, kemudian dihampiri masalah, mendapatkan pelajaran berharga, dan akhirnya dapat menemukan dimana passion-nya berada, dimana ia seharusnya berada. Bisa dibilang, novel ini juga seperti miniatur contoh dalam bentuk berbeda dari kisah perjuangan Merry Riana yang berat di Singapura. Sepanjang cerita bergulir, saya tak pernah sekalipun berpikir untuk menutup novel ini. Kalau ibaratnya saya sedang menonton sebuah film, saya tidak berpikir untuk keluar dari bioskop untuk buang air kecil dan ingin terus menyaksikan film yang diputar di depan saya. Seingat saya, buku yang membuat saya seperti ini, sejauh ini, adalah seri The Hunger Games karya Suzanne Collins, Divergent karya Veronica Roth, Mimpi Sejuta Dolar oleh Alberthiene Endah, Omen dan Pengurus MOS Harus Mati karya Lexie Xu, dan novel ini. Kalau saya bisa memilih antara Honey Money dan Follow @MerryRiana, saya lebih menyukai Follow @MerryRiana.

Kelemahan yang ada di novel ini adalah deskripsi fisik tokoh yang kurang, jadi saya mengalami kesulitan untuk menvisualisasikan ciri-ciri fisik tokoh. Tapi, itu tidak mengurangi kenikmatan saya membaca. Berhubung saya nge-fans berat sama Jennifer Lawrence, jadi saya menvisualisasikan Jennifer Lawrence yang berperan sebagai Bella, hehe. *out of topic*

Dengan Follow @MerryRiana yang sangat melebihi ekspetasi saya, maka saya tidak boleh melewatkan karya Debbie yang selanjutnya.

 9/10 stars

Judul: Follow @MerryRiana
Penulis: Debbie Widjaja
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Desain kover: eMTe
Tahun terbit: April 2013
Jumlah halaman: 360 halaman

best regards,
Erison     

No comments:

Powered by Blogger.