[MOVIE REVIEW] The Secret Life of Walter Mitty



Apakah kita pernah melamun atau membayangkan tentang sesuatu yang ingin sekali kita lakukan tetapi tidak mampu kita lakukan karena rasa takut atau hambatan internal lainnya? Ataupun khayalan atau imajinasi di siang bolong yang kita inginkan untuk terwujud di dunia nyata? Semua orang pasti pernah—termasuk Walter Mitty (Ben Stiller). Saya dibuat menitikkan air mata saat film mulai mencapai credit title. Sebuah film yang sangat menginsipirasi dan menyentuh. Sangat. Terima kasih, Ben Stiller & Steve Conrad!

Seperti prolog di atas, dikisahkan Walter Mitty sudah bekerja selama 16 tahun sebagai negative asset manager di LIFE magazine. Tak ada hal yang benar-benar baru. Semuanya begitu-begitu saja. Hampa. Hingga pada suatu hari, sebuah insiden besar menghadang. Seorang photojournalist, Sean O’Connell (Sean Penn) mengirimkan sebuah paket jepretan terbarunya beserta dengan sebuah dompet kecil. Di paket itu juga, Sean mengatakan paket itu berisikan sebuah foto yang spesial—yang menjadi sampul untuk edisi terakhir dari LIFE magazine, karena majalah tersebut akan diubah formatnya menjadi digital. Negatif foto yang sangat penting itu pergi entah ke mana juntrungannya. Apesnya, negatif foto tersebut tidak dapat ditemukan. Dihadapi dengan dampak terburuk dari kejadian tersebut—yaitu, ia dipecat—akhirnya Walter Mitty mengambil langkah nekat—sampai ia benar-benar melakukan apa yang ada dilamunannya selama ini, menumpas rasa takutnya, menjadi dirinya sendiri, dan mendapatkan apa yang diinginkan dalam hidupnya. Walter Mitty akhirnya benar-benar berpetualang sampai ke tempat-tempat yang tak pernah terlintas dalam pikirannya dan mengalami serentetan kejadian yang tak pernah diprediksikan untuk hadir dalam hidupnya—membuat ia menyadari bahwa ia memiliki secret power yang menunggu sejak lama untuk diledakkan keluar. Kehadiran dari Cheryl Melhoff (Kristen Wiig), rekan kerja yang ditaksir oleh Walter Mitty, juga membuat petualangan Walter menjadi lebih menarik.

Aahhh. Saya dibuat terhanyut ke dalam film yang diangkat dari cerita pendek klasik karangan James Thurber ini. Saya—ataupun penonton—pasti pernah mengalami masa-masa seperti yang dilalui oleh Walter Mitty. Melamun. Berkhayal. Berimajinasi. “Andai saya... Kalau saya...”. Semuanya tak mampu kita lakukan karena rasa takut. Pesan utama yang ingin disampaikan film ini adalah bagaimana menumpas rasa takut tersebut. Dan pesan itu benar-benar sampai pada penonton—tanpa perlu bercerita panjang lebar dan menggurui penonton. Ben Stiller membiarkan penonton menyimpulkan, merasakan dan meresapi sendiri pesan yang ada.

Awalnya, saya tidak menetapkan ekspetasi apapun terhadap film ini. And, surprisingly, it turned out to be a really extraordinary movie. Sepanjang film, mata saya dimanjakan dengan pemandangan indah yang disajikan di layar—mulai dari Greenland, Islandia, hingga puncak Himalaya. Sokongan akting dari Ben Stiller, yang selaku sutradara dan produser juga, dan Kristen Wiig, serta beberapa aktor pendukung makin mempercantik layar. Emosi saya ikut serta diaduk-aduk dengan berbagai kejadian yang dialami oleh Walter Mitty. Rasanya ingin bersama lebih lama lagi bersama Walter dan menikmati kelanjutan hidupnya. Durasi keseluruhan film yang mencapai 2 jam berlari dengan cepat tanpa disadari.

Namun, The Secret Life of Walter Mitty hadir bukannya tanpa kekurangan. Cheryl Melhoff, tokoh yang diperankan Kristen Wiig, dihadirkan dengan karakter yang tidak digali secara sepenenuhnya. Dampak yang diberikan Cheryl terhadap jalannya film memang besar, tetapi karakternya terasa datar—dan lebih kepada sebagai pelengkap penceritaan saja, dibanding menjadi bagian utuh dari film.

Terlepas dari kekurangan tersebut, The Secret Life of Walter Mitty, memang sangat patut dicoba dan sangat tidak boleh dilewatkan. The Secret Life of Walter Mitty akan dengan telak menendang ulu hati kita, membuka pikiran kita, mendobrak kita dari belakang untuk keluar dari zona nyaman, keluar dari comfort zone, bahwa kita tak perlu takut untuk melakukan apapun. Bahwa menjadi diri sendiri adalah hal yang paling harus diutamakan dalam menjalani hidup. Tidak ada waktu untuk mengurusi hal-hal yang tidak penting; pendapat-pendapat orang lain yang menjatuhkan. Fokus pada tujuan hidup kita, raih apa yang kita impikan. Tak perlu merasa takut untuk menjadi berbeda. Fight for your dream. Apa yang hendak disampaikan oleh The Secret Life of Walter Mitty tentu tidak lepas dari sinematografi indah yang ditangkap dengan sangat baik oleh Stuart Dryburgh. Begitu juga dengan score dari Theodore Shapiro dan lagu-lagu pengiring yang menambah keseruan petualangan Walter Mitty yang mendebarkan. Ditopang dengan skrip dari Steve Conrad yang berisi dan mampu menyulut sumbu semangat penontonnya. Bisa dibilang The Secret Life of Walter Mitty adalah memoir tersendiri atau autobiografi dari seorang Walter Mitty yang mencoba untuk menemukan dan menjadi dirinya sendiri.

Sekali lagi, saya kehilangan kata-kata untuk mendeskripsikan The Secret Life of Walter Mitty—kebiasaan setelah menuntaskan sebuah film yang membuat saya benar-benar terhanyut. Totally speechless. Tidak hanya menyajikan hiburan pelepas penat dan pengocok perut yang menyegarkan mata dan pikiran, serta bumbu-bumbu rom-com, tetapi The Secret Life of Walter Mitty adalah sebuah bentuk motivasi yang membuat kita berpikir ulang tentang apa yang sudah kita sia-siakan di masa lalu dan bertanya pada diri sendiri, “What have I done? Why am I such a fool?”, serta meninggalkan ruang kosong tersendiri dalam hati. The Secret Life of Walter Mitty mengajak kita untuk menghadapi esok hari dengan berlari melawan arus angin dan tersenyum lebar menghadap langit. There’s nothing you have to be afraid of.

Excellent job, Ben Stiller! Saya akhiri review saya untuk kali ini dengan motto dari majalah LIFE: “To see the world, things dangerous to come to, to see behind walls, to draw closer, to find each other, and to feel. That is the purpose of life.”

best regards,
Erison




Rating:
9/10 stars

Directed by Ben Stiller | Screenplay Steve Conrad, James Thurber (based on the short story by) | Produced by Samuel Goldwyn Jr., John Goldwyn, Ben Stiller, G. Mac Brown, Stuart Cornfeld | Cast Ben Stiller, Kristen Wiig, Adam Scott, Kathryn Hahn, Adrian Martinez, Shirley MacLaine, Sean Penn | Music Theodore Shapiro | Cinematography Stuart Dryburgh | Editing Greg Hayden | Casting Rachel Tenner | Visual Effects Supervisor Guillaume Rocheron | Costume Design Sarah Edwards | Production Design Jeff Mann | Art Direction David Swayze | Set Decoration Regina Graves 

No comments:

Powered by Blogger.