[BOOK REVIEW] Omen #4: Malam Karnaval Berdarah
Setelah Johan Series yang
sukses, Lexie Xu hadir kembali dengan Omen Series, dan buku
yang akan dibahas adalah buku terbaru dari Omen Series, yaitu buku
ke-4 berjudul Malam Karnaval Berdarah. Lexie Xu adalah penulis yang
sangat produktif dengan jarak terbit antar buku karyanya yang tidak terpaut
jauh. Bukan berarti kualitas ceritanya jelek—tentu saja. Sejak Obsesi diterbitkan,
saya sudah menobatkan diri sebagai salah seorang dari Lexsychopaths—nama fans
club Lexie Xu. Setiap ada novel yang memejeng nama Lexie Xu di depan
kover, tanpa baca sinopsis, sudah saya sambar saja dari rak. Untuk kali ini,
saya merasa kecewa dengan eksekusi dari Malam Karnaval Berdarah.
Jika dibandingkan dengan kakak-kakaknya, memang Malam Karnaval Berdarah yang
paling lemah—namun, sekali lagi, bukan berarti jelek, cukup memuaskan malahan.
Namun, saya berekspetasi lebih dari apa yang disajikan. Masih terlalu dini
untuk menghakimi, karena Omen Series akan berakhir hingga buku
ke-7. Well, let’s see.
Malam Karnaval Berdarah kali
ini tidak menggunakan point of view dari Erika maupun Valeria,
tetapi Rima “Sadako” Hujan dan love interest-nya Daniel Yusman—yang
tentunya memberi warna baru terhadap jalannya seri thriller ini.
Sesuai dengan judulnya, cerita berawal dengan rencana karyawisata yang akan
dilakukan pada tahun ajaran baru untuk pertama kalinya. Memegang jabatan
sebagai Ketua OSIS yang baru, Rima tentu saja kebagian untuk mengurus hal
ini—dengan Daniel bercokol sebagai Wakil Ketua OSIS. Saat rapat berlangsung,
Rima mengajukan usul untuk mengadakan karnaval saja—yang disambut patuh oleh
anggota OSIS lainnya. Sayangnya, belum apa-apa, Putri Badai, Hakim Tertinggi
The Judges, menerima surat ancaman dari kelompok yang menamai diri sebagai
Kelompok Radikal Anti-Judges dengan inti bahwa susunan keanggotaan OSIS harus
di-vote ulang karena disinyalir adanya manipulasi suara. Jika
tidak, maka sesuatu akan terjadi ketika malam karnaval berlangsung. Persiapan
demi persiapan dilakukan Rima—beserta Daniel—meskipun Rima lebih banyak bekerja
sendiri. Sampai pada hari-H. Semua sudah dipersiapkan dengan baik.
Wahana-wahana yang disediakan juga sudah di-cek dan dioperasikan sebelum
karnaval dibuka. Di tengah-tengah karnaval yang sedang meriah dan ramai, sebuah
teriakan kencang terdengar dari toilet umum wanita. Satu korban. Korban
ditemukan pingsan dengan wajah dirias seperti badut. Tomat ditemplokkan di
hidung. Tidak hanya sampai di situ, tubuh korban juga disayat-sayat dengan
kejam. Rima mulai khawatir akan terwujudnya ancaman dari Kelompok Radikal
Anti-Judges itu. Dengan waktu yang terus berjalan, Rima, Daniel, Putri, beserta
konco-konconya berpacu melawan waktu untuk menguak siapa pelaku perbuatan
jahanam itu—sementara konflik-konflik lainnya makin mencuat ke permukaan.
Seru sekali mengikuti penyelidikan kasus
keempat yang penuh tanda tanya dan petunjuk yang menjebak. Sayangnya, hal itu
baru terjadi saat cerita mulai memasuki pembukaan karnaval. Bagian sebelum
pembukaan karnaval terkesan diulur dalam mengembangkan kisah romantis antara
Rima dan Daniel. Untung di tengah kisah romantis Rima dan Daniel, mulai ditebar
misteri-misteri pembuka. Harus diakui, penggunaan sudut pandang yang dibebankan
kepada Rima dan Daniel memberikan warna tersendiri. Kita menjadi tahu jauh
lebih dalam seluk-beluk cara pemikiran dan kepribadian dari Rima yang unik. Dan
juga sisi lain dari Daniel yang kocak, terkadang menyebalkan, sekaligus
romantis dan bertanggung jawab. Sayangnya, saya kadang tidak mampu membedakan
saya sedang membaca narasi dari Rima atau Daniel. Di bagian awal, saya dapat
membedakannya. Namun, semakin lama, saya mulai tidak dapat membedakannya. Saya
masih ingat di Teror, novel pamungkas dari Johan Series,
dengan begitu banyaknya karakter yang ikut bercerita, Lexie Xu berhasil memberikan
ciri khusus tersendiri dalam setiap narasi tokoh yang ada. Tidak seperti
novel-novel Omen Series sebelumnya yang membuat saya
terpingkal-pingkal dengan narasi dari Erika dengan kepribadiannya yang
blak-blakan dan nyeleneh, serta membuat cerita menjadi “penuh”, saya tidak
merasakan itu dalam Malam Karnaval Berdarah. Flat.
Mungkin itu kata yang tepat. Peralihan sudut pandang dari Erika dan Valeria ke
Rima dan Daniel sebenarnya bukan tindakan yang salah. Hanya saja, jika ditilik
lebih dalam, kepribadian Rima dan Daniel tidak terlalu jauh berbeda, sehingga
tidak terdapat kesan “berbeda”-nya.
Kasus yang menjadi fokus utama pun tidak
seseru dan semenegangkan dari 3 pendahulunya. Namun, Lexie Xu kembali—dan
selalu—berhasil menyajikan cerita thriller yang membangkitkan
rasa penasaran untuk segera membalik halaman hingga halaman terakhir untuk
mengetahui siapa pelakunya. Konflik-konflik internal yang muncul juga makin
menyemarakkan cerita—dengan twist-twist yang sama sekali tak
terduga yang ikutan nongol. Ditambah dengan kehadiran Ajun Inspektur Lukas
dengan sosok polisi tegas nan jenaka. Satu lagi, pesan moral yang terkandung
dalam cerita yang selalu saya temukan dalam setiap novel Lexie Xu. Jangan
lupakan juga kisah romantis antara Rima dan Daniel yang so sweet dan
membuat kita ber-ooooohhhhh sekaligus mencak-mencak dan geregetan sendiri.
Suasana yang memacu adrenalin hanya saya
rasakan sedikit di sini. Saya masih menjadi penggemar berat dari kekerasan dan
pertarungan yang disajikan dalam Omen #1 yang berhasil membuat
saya melebarkan mata dan gigit kuku jari—tangan, tentunya, bukan kaki dong.
Namun, terlepas dari kekurangan-kekurangan yang ada dalam Malam
Karnaval Berdarah (termasuk juga typo yang jumlahnya
tidak terlalu banyak), saya sangat menikmati dan menyukai cerita yang
ditawarkan Lexie Xu. Selain Erika Guruh, sepertinya saya juga sudah menjadi
penggemar dari Rima Hujan. Aah, sulit sekali untuk tidak menjadi penggemar dari
Rima Hujan.
Malam Karnaval Berdarah sejujurnya
tidak terlalu mengecewakan dengan cerita yang menguak latar belakang tokoh baru
untuk membuat kita bersimpati sekalian sebagai jembatan untuk kisah berikutnya,
adegan-adegan romantis antara Rima dan Daniel, dan berhasil membuat saya
merasakan perasaan “kosong” setelah menuntaskan buku ini. Saya juga menemukan
sejumlah referensi film yang digunakan (atau mungkin hanya saya yang
merasakannya?), di antaranya Now You See Me dengan penggunaan
komidi putar dan salah satu adegan dari Mean Girls 2 yang
adalah spoiler berat.
Way calmer dan
terasa flat di beberapa bab, tetapi proses
penyelidikan kasus keempat ini dan rahasia-rahasia apa yang terkuak dalam Malam
Karnaval Berdarah dari para tokoh, serta kisah romantis Rima-Daniel
tentu sama sekali tak boleh dilewatkan begitu saja. Oh, Omen #5, see
you as soon as possible!
8/10 stars
Judul: Omen #4: Malam Karnaval Berdarah
Penulis: Lexie Xu
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Desain kover: Regina Feby
Tahun terbit: Februari 2014
Jumlah halaman: 400 halaman
best regards,
Erison
This review was featured in Gramedia Pustaka Utama's Tumblr as #ResensiPilihan on April 1st, 2014; http://gramedia.tumblr.com/post/81371547647/resensi-pilihan-book-review-omen-4-malam-karnaval
No comments: